I. Pendahuluan
Berbagai
pemikiran-pemikiran tentang ideologi yang di gunakan untuk menerapkan sistem
ekonomi pada suatu negara banyak sekali macamnya. Salah-satunya yang tidak
asing lagi bagi kehidupan dunia yaitu, sistem ekonomi kapitalis, sistem
yang hampir seluruh penjuru dunia mengaplikasikannya dalam perekonomiannya.
Dimana para pengusaha dapat berkreasi dalam memaksimalkan usahanya. Di satu
pihak memang sistem seperti ini sangat memajukan perekonomian, karna pelaku
ekonomi dapat saling bersaing dan akhirnya menghasilkan ekonom-ekonom kreatif
agar bisa mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Tapi, di pihak lain akan dapat
merugikan para perintis usaha yang bermodal kecil.
Kita
tahu bahwa sistem ekonomi Kapitalis mengacu pada ke-ego-an, begitu pula yang
dikatakan Jafril Khalil di dalam bukunya, “sistem ekonomi Kapitalisme menafikan
peran akhlak dalam kegiatan ekonomi. Bagi sitem ini, keduanya tidak saling
berkaitan dan mendukung. Karna itu, manusia di perbolehkan mencari keuntungan
sebesar-besarnya dan menggali sumber daya secara liar. Beragam upaya, entah
haram apalagi halal akan mereka tempuh dengan tujuan hanya untuk mencapai
kekayaan semaksimal mungkin walau harus mengorbankan orang/pihak lain.”[1]
Lalu,
mari beranjak ke ideologi suatu sistem ekonomi lainnya. Sistem ekonomi Sosialis
misalnya, apakah sistem ekonomi pada suatu negara murni menganut sistem
tersebut ? Negara Cina yang menganut paham sosialis misalnya, tidak murni sepenuhnya
menjalankan sistem sosialis tersebut, tentu masih ada sistem kapitalis di
dalamnya. Begitu juga yang terjadi pada para penganut sistem Kapitalis,
yang faktanya masih ada campur paham sosialis.
Berbeda
dengan paham yang baru-baru ini muncul. Yaitu, sistem Ekonomi Islam yang
me-nomor-duakan harta. Di dalam sistem Ekonomi Islam yang berdasarkan al-Qur’an
dan Sunnah, di mana agama yang dijadikan asas perekonomian. Dalam islam,
mendapatkan keuntungan ekonomi tidak bisa dilakukan dengan cara mendzalimi
orang lain[2].
Walaupun artian diatas berarti sistem ekonomi Islam tidak sama denga sistem
Kapitalis, namun bukan berarti sistem ini di samakan dengan sistem Sosialis
yang menerapkan perekonomian terpusat. Ekonomi Islam tidak hanya
mengaplikasikan pahamnya dalam perekonomiannya saja, melainkan pada kegiatan
sehari-hari dalam bermu’amalat sesama manusia. Ekonomi Islam sebagai sebuah
cetusan konsep pemikiran dan praktik tentuya telah hadir secara bertahap dalam
priode dan fase tertentu[3].
II. Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah
adalah laboraturium umat manusia[4],
maka dari itu jadikan sejarah sebagai pelajaran berharga bagi umat manusia,
umat muslim khususnya. Awal mula pengertian ekonomi, berasal dari kata Yunani
kuno oikos dan nomos, kata ini telah berlangsung beberapa abad
silam sebelum masehi. Ada pula Thomas Aquinus-1230, Franquinus Quesney-1758,
dan pada tahun 1776 Adam Smith dengan bukunya yang berjudul “The Wealth of
Nations” yang akhirnya dijuluki dengan Bapak Ekonomi Dunia. Lalu di lanjutkan oleh Jhon Mayned Keynes-1867
“The General Theory of Imployment, Interest, and Money” dan Karl Max-1936
dengan bukunya “Das Capitalis”[5].
Kemunculan
ekonomi Islam itu sendiri di mulai pada tahun 1970-an, dengan di tandai
bermunculannya para pakar ekonomi Islam kontemporer, seperti Muhammad Abdul
Mannan, M. Nejatullah ash-Shiddiqy, Kursyid Ahmad, An-naqvi, M. Umer Chapra,
dan lain-lainnya. Dan juga di tanadai dengan berkumpulnya para pakar ekonomi
Islam dunia untuk pertama kalinya pada tahun 1976, pada International
Conference on Islamic Economics and Finance, di Jeddah[6].
Akan
tetapi, sebenarnya ekonomi Islam itu sendiri telah ada dari jaman kenabian
Muhammad SAW. dengan di bangunnya icon masjid sebagi pusat tempat untuk
mengadakan forum, dengan di bangunnya pasar di Madinah dengan kebijakan fiskal
yang ber-asas-kan kembali pada al-Quran.
III. Ekonomi
Islam dalam Kancah Internasional
Amerika
Serikat yang juga telah di kenal sebagai negara adidaya, merupakan salah satu
penganut sistem ekonomi Kapitalis yang sudah mendunia, ternyata tidak se-mulus
yang di duga. Lihat betapa kacaunya perekonomian dunia ketika terjadi koleps
pada perekonomian Amerika setelah menghabiskan dananya untuk perang saat
melawan Irak. Dan lagi, jika kita lihat sejarah perkembangan ekonomi di negara
tersebut, yang mana penduduknya kelaparan hingga pemerintah pun tidak sanggup
untuk memberi mereka makan saat Amerika mengalami krisis moneter. Keadaan ini
sungguh jauh pada negara kita Indonesia saat krisis moneter melanda (1998) yang
bukan penganut dari sistem ekonomi Kapitalis walaupun masih ada di beberapa
sektor perekonomian di Indonesia.
Sungguh,
betapa jelasnya kerapuhan sistem ekonomi Kapitalis yang menuju kehancuran, yang
kurang bisa untuk mengatur keseimbangan kestabilan perekonomian karna setiap
individu dapat mengeksploitasi segala bentuk sumber daya manusia maupun sumber
daya alam. Berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang tidak mengacu pada materil,
tetapi juga menyeluruh dalam kebiasaan kehidupan sehari-hari. Dalam ekonomi
Islam di anjurkan untuk berzakat, gunanya yaitu agar para bangsawan atau
orang-orang bermateri lebih tidak menumpuk-numpukan hartanya, dan juga dapat
memakmurkan orang-orang miskin di sekitarnya. Itulah salah satu dari keuntungan
bermu’amalah ma’an nass dengan sistem ekonomi Islam, dan masih banyak
lagi keuntungan yang didapat dari sistem perekonomian Islam jika kita
mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita.
Sebenarnya
sistem perekonomian Islam ini dapat kita terapkan pada setiap negara apabila
disadarinya. Khususnya negara kita Indonesia, yang mayoritas berpenduduk
muslim. Jika kita pandang para kaum Yahudi yang sukses bisnis-bisnisnya dapat
menguasai sektor-sektor yang menjadi pandangan dunia, seperti bisnis media, jaringan bisnis dunia, bisnis
olahraga, bisnis hiburan, dan sektor financial dunia[7].
Bagaimanakah mereka dapat mencapainya? Ternyata dibalik kesuksesan mereka,
mereka mempunyai motivasi yang membuatnya terus maju. Menurut Anton A. Ramdan
dalam bukunya “Rahasia Bisnis Yahudi”, motivasi tersebut dibagi menjadi dua
macam, yaitu motivasi berupa materi dan non-materi.
Motivasi
materi merupakan motivasi yang berupa harta benda kekayaan, seperti rumah,
mobil, maupun modal.
Dan
motivasi kedua, motivasi non-materi. Inilah yang membuat mereka pantang akan
menyerah, karna motivasi ini merupakan sumber kekuatan spiritual. Seperti
kegemaran atau hobi, kebanggaan sebagai pebisnis, dan kepentingan untuk
memajukan suatu keyakinan seperti agama, ras, bangsa, dan lain-sebagainya.
IV. Islam
Merupakan Sebuah Peradaban
Agama
islam bukan hanya sebuah agama, yang mengajarkan beribadah pada waktu-waktu
tertentu saja. Islam merupakan sebuah peradaban yang mencakup hampir seluruh
sektor tatanan kehidupan manusia. Dari segi politik, cara bersikap,
adat-istiadat, arsitektur, hingga tatanan ekonomi dari yang mikro sampai yang
makro pun diajarkan didalamnya, dengan berlandaskan al-Quran dan Sunnah.
Inilah
keagungan agama Allah SWT. yang merupakan agama satu-satunya yang di ridhoi di
muka bumi ini. Dalam ayat al-Quran pun telah diterangkan:
"
إن الدّين عند الله الإسلام"
Artinya: “ Sesungguhnya agama yang di ridhoi di sisi
Allah agama Islam “. ( ‘Ali ’Imrân; 19 ).
V. Membangun Ekonomi Islam
Jika kita ambil kesimpulan dari penjabaran diatas, membangun
ekonomi yang bersistemkan ajaran Islam dapat dilakukan oleh setiap negara
dengan mengaktifkan kesadaaraan setiap individu. Dengan beberapa cara, diantaranya
dengan memahami konsep harta menurut ajaran Islam, menyatakan perang melawan
kemiskinan, menanamkan konsep tauhid ekonomi Islam, dan taubat massal[8].
Jika kesadaran dalam bermu’amalat yang baik dan benar sudah ada
dalam setiap individu, maka akan terciptalah sebuah peradaban yang harmonis
antara satu dengan yang lainnya, yang akan membangun suatu sistem ekonomi yang
syar’i. Sebagaimana yang telah diajarkan nabi SAW. dalam mengatur perekonomian
Madinah pada jamannya.
Daftar Pustaka
Al-Quran al-Karim.
Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
Yogyakarta: Pustaka _______Pelajar.
Khalil, Jafril. 2010. Jihad Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata
Publishing.
Ramdan, Anton A.. 2009. Rahasia Bisnis Yahudi; Bagaimana
Pengusaha Yahudi _______Mengendalikan Amerika. Negara-negara Muslim & Dunia
dengan Kekuatan _______Ekonomi. Condet-Jakarta: Zahra.
[1] . Lihat Jafril Khalil, Ph.D, Jihad Ekonomi Islam. 1.
Kapitalisme Mendorong Perilaku Egoistik. (Jakarta: Gramata Publishing), hal.
36.
[2] . Jika melihat ke arah sistem perekonomian kapitalis yang
mengeksploitasi sumber daya baik manusia maupun alam yang kurang menghiraukan
lainnya demi keuntungan pribadinya. Lih. Jafril Khalil, Ph.D, Jihad
Ekonomi Islam. (Jakarta: Gramata Publishing), hal. 42.
[3] . Menurut Muhamad Nejatullah ash-Shiddiqy, pemikiran ekonomi Islam
adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada
masa mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami dan dipandu oleh ajaran
al-Quran dan Sunnah juga oleh ijtihad (pemikiran) dan pengalaman empiris
mereka. Lihat, Agustianto, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=112
[4] . Drs. Nur Chamid,MM, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2010), hal.14.
[5] . Diambil dari mata kuliah “Pengantar Ilmu Ekonomi – semester1”, yang
di-empu oleh dosen Rahmah Dewi Jamiatul K, SE, Institut Studi Islam Darussalam
– Gontor, Ponorogo.
[6] . Lihat, Agustianto, Tantangan Ekonomi Syariah dan Peranan Ekonom
Muslim. http://agustianto.wordpress.com/2008/01/04/tantangan-ekonomi-syariah-dan-peranan-ekonom-muslim/
[7] . Lih. Anton A. Ramdan, S.Si., Rahasia Bisnis Yahudi; Bagaimana
Penguasa Yahudi Mengendalikan Amerika, Negara-negara Muslim & Dunia Dengan
Kekuatan Ekonomi, (Condet-Jakarta: Zahira 2009), hal. 95.
[8] . Maksud dari memahami konsep harta disini yaitu paham akan teori dan
falsafah kepemilikan harta, yang tidak boleh menimbun-nimbunnya, lalu bagaimana
mengalirkanya melalui zakat, dan juga bagaimana jika dalam hal waris. Yang
kedua yaitu perang melawan kemiskinan yang berarti menghindari fitnah
kemiskinan, karna sebenarnya para fakir miskin, gelandangan, pengemis ada bukan
karna kemauannya, dan juga para pekerja seks komersial (PSK) bukan karna
kemauannya pula bekerja sedemikian rupa. Karna sebetulnya tidak ada wanita yang
bercita-cita merendahkan dirinya. Semua itu dilakukan mereka karna bermasalah
dengan keuangan agar dapat menghidupi dirinya, lebih-lebih jika sudah
berkeluarga. Yang ketiga, yaitu menanamkan tauhid pada sistem ekonomi. Yaitu
ekonomi akhlaqiah, ekonomi insaniah, dan ekonomi washatiah (
hidup dalam keseimbangan ). Dan yang terakhir, yang dimaksud dengan taubat
massal yaitu dengan membangun kesadaran kolektif, dengan cara menyadari dan
menyesali kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, lalu memohon ampun kepada
Allah SWT., dan berjanji untuk tidak akan melakukannya lagi. Lihat Jafril
Khalil, Ph.D., Jihad Ekonomi Islam, ( Jakarta: Gramata Publishing, 2010 ).
0 komentar:
Posting Komentar